Search

Dunia Kecam Aksi Pembunuhan 59 Demonstran Palestina oleh Israel

RAMALLAH, (PR).- Kecaman internasional atas pembunuhan Israel terhadap 59 demonstran Palestina di Gaza meningkat ketika ribuan orang berunjukrasa di dekat kawasan pantai setempat untuk mengubur mereka yang tewas akibat kekerasan militer Israel. 

Dilansir laman The Guardian, Selasa 15 Mei 2018, pembunuhan itu terjadi Senin 14 Mei 2018, tepatnya selama demonstrasi berlangsung di pagar perbatasan Gaza, yang bertepatan dengan upacara penting untuk menandai transfer kontroversial kedutaan AS dari Tel Aviv ke Jerusalem oleh pemerintahan Trump yang membalikkan kebijakan luar negeri AS selama puluhan tahun. Di era sebelumnya, tak ada satu presiden AS  pun yang mengeksekusi UU AS soal pemindahan Kedubes karena mereka menilai itu isu sensitif. Namun Trump justru melakukan hal sebaliknya yang kemudian menyulut kemarahan warga Palestina. Akibatnya, demonstrasi dan bentrokan tak terelakkan.

Para pejabat hak asasi senior PBB mengutuk pembunuhan itu sebagai "pelanggaran hak asasi manusia yang keterlaluan". Sejumlah negara bahkan memanggl dubes Israel di negara mereka masing-masing untuk meminta penjelasan soal pembunuhan puluhan demonstran Palestina. Dilansir laman The Guardian, Irlandia telah  memanggil duta besar Israel untuk memprotes terhadap korban jiwa.

Anggota dewan keamanan PBB Rusia dan Tiongkok juga menyatakan keprihatinan mereka atas pembunuhan terbaru dan paling serius yang dilakukan militer Israel terhadap para demonstran yang tidak bersenjata di perbatasan Gaza. Mereka menyaksikan jumlah  korban tewas tertinggi sejak perang Gaza pada tahun 2014 lalu.

Masih dilansir The Guardian, sebagian besar warga Gaza yang tewas pada hari Senin ditembak oleh penembak jitu Israel. Menurut otoritas departemen kesehatan yang dikelola Hamas, korban tewas termasuk seorang bayi yang meninggal setelah menghirup gas air mata bersama dengan delapan anak di bawah usia 16 tahun. Setidaknya 2.400 lainnya terluka.

Sembrono

Sementara juru bicara kantor hak PBB, Rupert Colville, mengatakan kepada wartawan di Jenewa: “Faktanya aksi mendekati pagar bukanlah tindakan mematikan, mengancam nyawa, sehingga seharusnya mereka tidak ditembak. Masih kata Rupert, Israel seharusnya paham soal hukum internasional bahwa kekuatan mematikan baru bisa digunakan sebagai hal yang paling terakhir dilakukan. 

"Tampaknya militer Israel menembak dengan sembrono. Padahal berdasarkan hukum internasional yang berlaku untuk Israel, di sana dijelaskan bahwa "kekuatan mematikan hanya dapat digunakan sebagai ukuran yang terakhir, bukan yang pertama".

"Tidak dapat diterima untuk mengatakan bahwa 'ini Hamas dan karenanya ini OK'," tambah Colville dikutip The Guardian, Selasa. Rupert dengan tegas mengatakan, aksi Israel menembaki demonstran tak bisa dibenarkan. Dia menolak alasan Israel bahwa mereka terpaksa menembak karena para demosntran adalah anggota Hamas.

Israel menuduh Hamas, kelompok radikal yang mengontrol Gaza, berada di belakang protes dan mengatakan, apa yang dilakukan militernya itu hanya membela wilayah.

Pemakaman tegang

Dilansir BBC, upacara pemakaman  puluhan demonstran Gaza berlangsung hari ini, Selasa 15 Mei 2018, di Gaza. Mereka tewas sehari sebelumnya dalam bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina dan aparat keamanan Israel. Pemakaman itu akan berlangsung bersamaan dengan peringatan 70 tahun yang disebut Palestina sebagai Nakba, pengungsian besar-besaran rakyat Palestina setelah terbentuknya negara Israel.

Jumlah korban yang jatuh hari Senin -pada saat peresmian Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem- merupakan yang terbesar dalam satu hari sejak Perang Gaza tahun 2014 lalu. Militer Israel mengatakan siap untuk kembali menghadapi konfrontasi pada Selasa 15 Mei 2018 namun kelompok-kelompok di Palestina memberi indikasi ingin mengendalikan unjuk rasa.

Masih dilansir BBC, pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem memicu kemarahan besar warga Palestina karena dianggap sebagai dukungan atas pendudukan Israel di seluruh Yerusalem sementara Palestina berkeras bahwa Yerusalem Timur merupakan wilayah mereka dan ibu kota masa depan negaranya.

Pihak berwenang Palestina menyebutkan bahwa selain puluhan yang tewas masih ada sekitar 2.700 orang yang cedera dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai 'pembunuhan massal'.

Sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan militer bertindak untuk membela diri melawan para penguasa Gaza, Hamas, yang menurut mereka ingin menghancurkan Israel. Bagaimanapun kantor hak asasi manusia PBB mengkritik keras penggunaan kekuatan oleh Israel.

"Faktanya jelas bahwa mendekati pagar bukanlah tindakan yang mematikan atau mengancam jiwa, jadi tidak membenarkan untuk ditembak," jelas juru bicara Rupert Colville kepada para wartawan di Jenewa, Selasa 15 Mei 2018.

Unjuk rasa baru

Warga Palestina sudah melakukan unjuk rasa selama enam pekan lebih, sebagai bagian dari aksi yang disebut Hamas Pawai Besar untuk Pulang. Namun unjuk rasa Senin dan juga Selasa tampaknya merupakan puncaknya karena menandai pembentukan negara Israel tahun 1948 lalu dan pengungsian ratusan ribu warga Palestina dari rumahnya akibat perang yang menyusul.

Israel mengatakan sekitar 40.000 orang Palestina ambil bagian dalam unjuk rasa 'yang diwarnai kekerasan' di 13 lokasi di sepanjang pagar pengamanan Israel di Gaza timur. Para pengunjuk rasa melempar batu dan bahan-bahan yang terbakar maupun mendekati pagar tersebut.

Sementara penembak jitu Israel melepas tembakan dengan peluru api ke arah pengunjuk rasa maupun menggunakan gas air mata dari pesawat tanpa awak untuk membubarkan massa.

Netanyahu membela aksi militer Israel, "Setiap negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya." "Organisasi teroris Hamas menyatakan keinginannya untuk menghancurkan Israel dan mengirim ribuan orang untuk menerobos perbatasan guna mencapai tujuan itu," tambahnya dikutip BBC. "Kami akan terus bertindak dengan tekad melindungi kedaulatan dan rakyat kami."

Hamas sebenarnya tidak memulai unjuk rasa yang sudah berlangsung selama enam pekan lebih, tetapi belakangan menjadi motornya. Pada akhir 'Pawai Besar untuk Pulang', pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, mengatakan unjuk rasa dimaksudkan untuk mencabut yang disebut sebagai 'perbatasan sementara' dengan Israel. Hamas menyerukan penghancuran negara Israel dan secara permanen berada dalam keadaan bermusuhan dengan negara Yahudi itu.***

Let's block ads! (Why?)

Baca dong http://www.pikiran-rakyat.com/luar-negeri/2018/05/15/dunia-kecam-aksi-pembunuhan-59-demonstran-palestina-oleh-israel-424442

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Dunia Kecam Aksi Pembunuhan 59 Demonstran Palestina oleh Israel"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.