REPUBLIKA.CO.ID, Pemilihan umum (pemilu) Malaysia pada 9 Mei lalu menjadi tsunami politik bagi penguasa. Setelah 60 tahun berkuasa, oposisi meraih kemenangan besar.
Kemenangan tersebut tentu tidak terlepas dari dua sosok penting yang bersekutu, yaitu mantan wakil perdana menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan mantan mentor sekaligus mantan musuhnya, mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
Di bawah bendera oposisi, keduanya menyingkirkan Mohammad Najib bin Tun Haji Abdul Razak dari kursi perdana menteri. Anwar kini tengah menunggu giliran untuk menjadi perdana menteri Malaysia. Anwar direncanakan akan menggantikan Mahathir. Penantian Anwar diperkirakan akan berlangsung selama paling tidak dua tahun ke depan.
"Beberapa mengatakan satu hingga dua tahun, tetapi saya berdiskusi dengannya dan dia tidak berkeras pada kerangka waktu seperti ini. Saya juga ingin dia merasa nyaman dan membiarkannya mengelola urusan negara," kata Anwar Ibrahim, seperti dikutip Aljazirah.
Karier politik Anwar Ibrahim terbilang tidak berjalan mulus. Anwar terjun ke dunia politik nasional di bawah bayang-bayang Mahathir Mohamad. Dia belajar memahami politik dan memerintah dari mentornya itu dalam naungan partai United Malays Natio nal Organisation (UMNO) pada 1982.
Saat itu, Mahathir yang merupakan pendiri partai sudah menjabat sebagai perdana menteri keempat Malaysia. Selang dua tahun, karier politik Anwar melejit dengan menjabat sebagai menteri kebudayaan, kepemudaan, dan olahraga Malaysia.
Pada 1984, Anwar Ibrahim berpindah posisi menjadi menteri pertanian dan selanjutnya diangkat sebagai menteri pendidikan pada 1986. Dalam posisi ini, Anwar membuat kebijakan yang mengubah penyebutan bahasa nasional dari bahasa Malaysia ke Bahasa Melayu.
Langkah itu nyatanya mendapatkan protes dari etnis non-Melayu. Mereka menilai kebijakan itu akan membuat generasi muda non-Melayu semakin menjauh dari bahasa nasional mengingat penamaan itu menyiratkan jika bahasa nasional merupakan milik etnis Melayu, bukan warga Malaysia.
Berposisi sebagai menteri pendidikan membuka pintu bagi Anwar Ibrahim yang selanjutnya diangkat sebagai menteri keuangan pada 1991. Menggenggam kendali kebijakan keuangan negara, Anwar berhasil membawa kesejahteraan bagi warga Malaysia.
Negeri Jiran mengawali pertumbuhan ekonomi yang relatif signifikan. Pada 1996, kesuksesan itu membuat Anwar didapuk sebagai empat menteri keuangan terbaik dan menteri keuangan tahun itu oleh majalah ekonomi Euromoney dan Asiamoney.
Anwar lantas diangkat sebagai wakil perdana menteri Malaysia pada 1993 mendampingi Mahathir. Sayangnya, kesuksesan Anwar dalam mengelola uang negara tidak berhasil membuat Malaysia lepas dari krisis finansial yang melanda Asia pada 1998.
Mahathir lantas memecat Anwar Ibrahim. Tidak puas dengan pemecatan itu, Anwar memimpin puluhan ribu demonstran berunjuk rasa di Kuala Lumpur. Massa menuntut reformasi dari pemerintahan yang berjalan. Anwar menuduh adanya praktik korupsi dan nepotisme dalam tubuh pemerintahan dan partai.
Masuk penjara
Geram dengan gerakan yang diinisiasi muridnya itu, Mahathir lantas memenjarakan Anwar dengan tuduhan korupsi dan homoseksual. Kedua tuduhan itu bahkan dituangkan dalam sebuah buku dengan tajuk 50 alasan Anwar tidak boleh menjadi perdana menteri.
Anwar Kemudian dibawa ke pengadilan dengan mata yang terlihat lebam karena dipukuli oleh kepala polisi. Mata hitam itu kemudian menjadi logo partai People's Justice Party yang merupakan kendaraan politik yang dia dirikan bersama istrinya, Wan Azizah Wan Ismail.
Anwar Ibrahim keluar dari penjara dan dibebaskan dari segala tuduhan pada 2004 setelah Mahathir menyatakan pensiun. Dia lantas memimpin koalisi oposisi, Pakatan Rakyat, yang mendapatkan suara mayoritas pada pemilu 2013 lalu.
Sayangnya, dua tahun berselang, Anwar kembali dijebloskan ke penjara oleh Najib Razak dengan tuduhan sodomi yang dilakukan kepada asistennya, Mohammad Saiful Bukhari Azlan. Kasus hukum tersebut membuat politikus yang kini berusia 70 tahun itu mendapatkan hukuman kurungan lima tahun.
Pendukungnya menilai langkah itu merupakan siasat dari pemerintah untuk menghancurkan koalisi oposisi. Anwar Ibra him selanjutnya dibebaskan setelah mendapatkan pengampunan kerajaan pada 16 Mei lalu menyusul kemenangan koalisi oposisi Pakatan Harapan pada pemilu tahun ini.
Anwar kini sedang menunggu Mahathir Mohamad menyerahkan tampuk kekuasaan negara kepada dirinya. Dia percaya hal tersebut akan benar-benar dilakukan oleh guru yang dulu sempat menjebloskan di rinya ke penjara.
"Itu 20 tahun lalu. Berbagai hal telah berlalu dan ada beberapa pertimbangan untuk dilindungi, untuk menyelamatkan negara dari korupsi endemik hingga kemerosotan negara. Dia datang dan mencari semacam rekonsiliasi guna menebus kesalahan," kata Anwar Ibrahim. n ap ed: yeyen rostiyani
Baca dong http://www.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/05/23/p96c3z415-pasang-surut-koalisi-politik-anwarmahathirBagikan Berita Ini
0 Response to "Pasang Surut Koalisi Politik Anwar-Mahathir"
Posting Komentar