loading...
Pemimpin Amerika itu menginginkan "lapisan" sensor ditempatkan di antara bintang-bintang yang dapat mendeteksi peluncuran rudal musuh. Dia menuntut teknologi baru yang bisa mewujudkan hal itu.
Ide menjadikan ruang angkasa sebagai medan perang sebenarnya bukan berasal dari Trump. Gagasan itu adalah bagian dari proyek Presiden Ronald Reagan yang mahal dan ambisius. Saat berkuasa, Reagan berambisi untuk menciptakan sistem anti-rudal berbasis ruang angkasa pada puncak Perang Dingin tahun 1980-an. Para kritikus menjuluki gagasan Reagan waktu itu dengan sebutan "Star Wars".
Baca Juga:
Berpidato di Pentagon, Trump menjelaskan strategi pertahanan baru dengan menegaskan bahwa sekarang adalah waktu untuk memodernisasi senjata agar Amerika tetap aman.
"Tujuan kami sederhana; Untuk memastikan kami dapat mendeteksi dan menghancurkan rudal yang diluncurkan terhadap Amerika Serikat di mana saja, kapan saja, di tempat mana pun," kata Trump, yang dikutip New York Times, Jumat (18/1/2019).
MDR terbaru Pentagon menunjuk empat negara yang menimbulkan ancaman rudal terhadap tanah air Amerika. Keempat negara itu adalah Korea Utara, Iran, Rusia dan China. Dokumen MDR memperingatkan bahwa musuh dengan cepat mengembangkan program senjata mereka.
"Kami memiliki beberapa pemain yang sangat buruk di luar sana," kata Trump. “Kami adalah pemain yang baik. Tapi kita bisa jauh lebih buruk daripada siapa pun jika perlu," ujarnya.
Trump menyebutkan enam prioritas, yakni menempatkan pertahanan dengan prinsip "America First", mengembangkan teknologi baru untuk semua jenis serangan rudal, mengenali ruang angkasa yang kini sedang dimainkan; menghilangkan hambatan untuk proyek-proyek AS; dan menuntut "pembagian beban" dari sekutu Amerika.
"Kami akan mengakui bahwa ruang angkasa adalah domain perang baru, dengan Angkatan Ruang Angkasa (AS) memimpin," kata Trump.
Angkatan Ruang Angkasa atau Space Force adalah proposal Trump yang tampaknya populer di kalangan pendukungnya. Saat ini beban di ranah tersebut sebagian besar berada di bawah Angkatan Udara AS.
Propsal Trump telah menghadapi beberapa penentangan di Pentagon, termasuk dari mantan menteri pertahanan James Norman Mattis. Beberapa pihak mempertanyakan apakah perlu reorganisasi besar untuk pembentukan Angkatan Ruang Angkasa. Mereka juga mempertanyakan keuntungannya.
Trump mengatakan bahwa anggaran berikutnya akan berinvestasi dalam lapisan pertahanan rudal berbasis ruang angkasa. Para pejabat AS telah menyarankan lapisan sensor di ruang angkasa akan membantu mendeteksi rudal yang bergerak dengan kecepatan hipersonik.
"Ini teknologi baru," kata Trump. "Pada akhirnya itu akan menjadi bagian yang sangat, sangat besar dari pertahanan kita," paparnya.
Bidang lain yang menjadi fokus Trump adalah menghilangkan hambatan birokrasi yang membatasi kemampuan pemerintahannya untuk mengembangkan program pertahanan misil AS.
Akhir tahun lalu, administrasi Trump mengumumkan akan menarik Amerika keluar dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) 1987 yang melarang peluncuran rudal nuklir darat hingga ketinggian tertentu.
Perjanjian itu telah menjadi papan kunci kendali senjata selama 30 tahun terakhir, tetapi pemerintahan Trump berargumen bahwa Rusia telah berulang kali melanggar ketentuannya.
"Di masa lalu, Amerika Serikat tidak memiliki strategi komprehensif untuk pertahanan rudal yang melampaui rudal balistik," kata Trump.
“Di bawah rencana kami, itu akan berubah. AS sekarang akan menyesuaikan posturnya untuk juga bertahan melawan serangan rudal termasuk rudal jelajah dan hipersonik," lanjut dia.
"Kami berkomitmen untuk membangun program pertahanan rudal yang dapat melindungi setiap kota di Amerika Serikat. Dan kami tidak akan pernah menegosiasikan hak kami untuk melakukan ini."
Menanggapi doktrin baru Pentagon itu, Ketua Komite Pertahanan dan Keamanan Majelis Tinggi Rusia, Viktor Bondarev, mengatakan doktrin baru tersebut akan meningkatkan ketegangan global.
(mas)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Trump: Ruang Angkasa Medan Perang Baru dan AS Jadi Pemimpin - SINDOnews"
Posting Komentar