Namun, beberapa analis mengatakan kesepakatan gencatan senjata yang lemah itu sebenarnya tidak menyelesaikan masalah inti di antara keduanya.
Gedung Putih mengatakan akan menunda selama 90 hari rencana kenaikan bea impor AS terhadap produk China sementara Beijing berjanji untuk membeli lebih banyak lagi barang-barang made in USA, dilansir dari AFP.
Kesepakatan itu dicapai dalam makan malam bersama kedua pemimpin tersebut di sela-sela pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, Sabtu (1/12/2018) waktu setempat.
Trump menyebut pertemuan itu "luar biasa dan produktif" sementara media pemerintah China Xinhua mengatakan hasil yang dicapai di Buenos Aires "perlu dihargai".
"Ini kabar baik bagi kedua negara, dan sebuah kelegaan bagi komunitas internasional," kata Xinhua.
Gencatan senjata itu membuat Xi dapat mencegah semakin buruknya tekanan bea impor yang makin tinggi yang dapat lebih jauh melemahkan perekonomian negaranya.
Di saat yang sama, Trump juga dapat menghindari tekanan terhadap sektor pertanian AS yang ekspor utamanya, seperti kedelai, telah terpukul oleh pengenaan bea masuk oleh China, kata konsultan politik di Beijing, Hua Po, AFP melaporkan.
Foto: Reuters
|
Namun, beberapa analis mengatakan kedua negara masih jauh dari isu utama.
Trump mungkin akan berada di bawah tekanan bila penelusuran mendalam terhadap kesepakatan gencatan senjata itu menunjukkan bahwa Xi pergi tanpa memberi konsesi yang signifikan, kata Brock Silvers, direktur pelaksana di konsultan investasi Kaiyuan Capital di Beijing.
"Ketegangan ini hanya tertunda, bukan diselesaikan, dan kecuali China dengan cepat menunjukkan keinginan politiknya untuk membuat perdamaian dalam jangka panjang melalui konsesi signifikan terkait isu teknologi, apa yang dicapai pekan ini kemungkinan hanyalah sementara," ujarnya, dikutip dari AFP.
Gencatan senjata ini memang hanya sebagian. Beberapa produk China senilai US$50 miliar masih terkena bea impor 25%.
Meskipun bea masuk 10% terhadap barang-barang China senilai US$200 miliar tidak akan naik menjadi 25% di 1 Januari mendatang, tetap saja mereka masih dikenai tarif impor.
Selain itu, China juga telah menjatuhkan bea masuk terhadap US$110 miliar produk dari AS.
ANZ Research mencatat perbedaan kontras antara pernyataan kedua negara.
Berbeda dengan AS, pihak China tidak menyebutkan fakta bahwa penundaan pengenaan bea impor itu hanya berlaku selama 90 hari dan tarif tersebut bisa saja dinaikkan bila ternyata pembicaraan dagang di antara keduanya gagal.
"Kami tidak yakin seberapa serius pemerintahan AS terhadap deklarasi gencatan senjata ini," nenurut ANZ Research.
"AS tidak berjanji tidak akan menaikkan skala ataupun cakupan tarif setelahnya."
ANZ Research juga mencatat bahwa China tidak menyebutkan desakan AS agar negara itu melakukan perubahan struktural yang mendalam dalam kebijakan ekonominya.
Kenneth Jarrett, Presiden Kamar Dagang Amerika di Shanghai, menyebut kabar tersebut positif dan menggembirakan.
Namun, ia menambahkan "Kami berharap kabar positif hari ini menjadi sesuatu yang lebih permanen."
"Agar itu terjadi, pemerintah China harus menyelesaikan kekhawatiran lama dari komunitas bisnis Amerika," ujarnya dengan merujuk pada larangan akses pasar, lambatnya reformasi ekonomi, dan kurangnya transparansi aturan.
(prm) Baca dong https://www.cnbcindonesia.com/news/20181203063457-4-44618/as-china-gencatan-senjata-benarkah-perang-dagang-selesaiBagikan Berita Ini
0 Response to "News Internasional AS-China Gencatan Senjata, Benarkah Perang Dagang Selesai? - CNBC Indonesia"
Posting Komentar