WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bersikukuh keputusannya menarik militer dari Suriah sudah tepat.
Dalam kicauannya di Twitter seperti dikutip New York Times Kamis (20/12/2018), Trump menuturkan keputusan itu sudah ada dalam benaknya selama bertahun-tahun.
Dia mulai mengutarakan niatnya untuk menarik pasukan dari Suriah pada Maret lalu. Namun setelah itu dia setuju memperpanjang masa tugas.
Baca juga: Selain Suriah, Trump Bakal Tarik Pasukan AS dari Afghanistan
Presiden 72 tahun itu berkata, Suriah, Iran, dan Rusia adalah musuh lokal Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS). Namun AS-lah yang mengalahkan mereka.
Karena itu ketika dia mengumumkan AS telah menang melawan ISIS, dia menyebut sudah waktunya personel militer pulang dan memperkuat AS.
"AS seharusnya tak menjadi polisi di Timur Tengah. Mengorbankan uang dan nyawa namun tak mendapat apa-apa. Apakah kami ingin pasukan itu berada di sana selamanya?" tanya Trump.
Does the USA want to be the Policeman of the Middle East, getting NOTHING but spending precious lives and trillions of dollars protecting others who, in almost all cases, do not appreciate what we are doing? Do we want to be there forever? Time for others to finally fight.....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) December 20, 2018
Presiden dari Partai Republik itu mengklaim banyak negara termasuk Rusia dan Iran tidak senang dengan keputusannya memulangkan pasukan.
Namun dia merasa sudah saatnya pihak lain bertempur menggantikan AS. Dia kemudian meyakinkan publik bahwa ISIS bukan lagi menjadi ancaman bagi AS.
"Saat ini saya mmebangun militer terkuat di dunia. Jika ISIS mencoba untuk menghantam kami, mereka bakal tamat!" tegasnya.
Sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa AS memperoleh kemenangan melawan ISIS, dan bakal menarik sekitar 2.000 pasukan AS dari sana.
Langkah tersebut memantik protes baik dari kubu Republik maupun oposisi Partai Demokrat. Mereka mengatakan keputusan Trump bisa membangkitkan kembali ISIS.
Sementara seorang pejabat anonim AS menuturkan presiden ke-45 dalam sejarah AS tersebut memutuskan secara sepihak dan tidak mendiskusikannya dengan para pembantunya.
Namun laporan dari pejabat anonim itu dibantah Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Dia berkata Trump sudah mengonsultasikannya kepada seluruh stafnya termasuk dirinya.
Imbas dari keputusan Trump itu, Menteri Pertahanan James Mattis mengumumkan mundur dengan alasan perbedaan kebijakan yang tidak bisa didamaikan.
Baca juga: Menhan AS Mundur saat Trump Ingin Tarik Pasukan dari Suriah
Baca dong https://internasional.kompas.com/read/2018/12/21/12090841/trump-as-seharusnya-tak-menjadi-polisi-di-timur-tengah
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Trump: AS Seharusnya Tak Menjadi Polisi di Timur Tengah - KOMPAS.com"
Posting Komentar