
Namun, bagi mereka yang dekat dengannya, menyebut Ake sebagai pahlawan sejati dalam penyelamatan di gua Thailand tersebut.
Seperti Adul Sam, 14, anggota tim sepak bola Wild Boars, yang dia latih, Ake pun mengalami kehidupan yang keras.
Auttaporn Khamheng, 17, mantan anggota tim Wild Boars menyebut Ake sebagai orang yang dapat diandalkan. "Saya yakin dia menjaga seluruh anak-anak di dalam gua, dan berupaya sebaik-baiknya agar semuanya selamat," kata Khamheng yang sempat khawatir ke-12 remaja dan rekannya sang pelatih tidak ditemukan setelah sempat dinyatakan hilang pada 23 Juni lalu.
Dilansir Sydney Morning Herald, Khamheng juga mengkhawatirkan Ake akan menyalahkan diri sendiri seperti dalam pesan yang disampaikan sebelum semuanya berhasil diselamatkan. "Saya berjanji untuk menjaga anak-anak sebaik-baiknya. Terima kasih atas dukungannya dan saya minta maaf kepada semuanya," tulis Ake, tak lama setelah ditemukan.
Diketahui, masa kecil Ake pun tidak mudah. Pada usia 10 tahun, dia berhasil lolos dari wabah penyakit yang melanda desanya. Wabah tersebut menewaskan kedua orang tuanya serta adik laki-lakinya yang berusia tujuh tahun.
Yatim piatu, Ake dirawat oleh keluarga besar orang tuanya hingga berusia 12 tahun. Kepada situs berita The Australian, Bibinya, Umpron Sriwichai menggambarkan Ake sebagai 'bocah yang sedih dan kesepian'.
Seperti banyak anak yatim piatu di Thailand, kerabat Ake memutuskan untuk memasukan dia ke biara di Provinsi Lum Phun.
Dilansir CNN, Ake tinggal di biara selama satu dekade berikutnya. Dia hanya pulang ke kampung halamannya di Mae Sai untuk menemui neneknya. "Masa yang sulit bagi seorang anak," kata Thamma Kantawong, sepupu Ake.
Tak ingin menjadi biksu, Ake bergabung dalam tim sepak bola Wild Boars. Meski begitu, dia tetap rutin berkunjung ke biara untuk berdoa, memberi sedekah dan membantu renovasi mereka.
Menurut Kantawong, di hari-hari pertama para remaja terjebak di gua, Ake tidak makan. Makanannya dibagi-bagikan kepada siswanya. Sebagai pelatih, Ake juga tidak mendapat upah besar.
"Dia tidak termotivasi karena uang. Dia melakukannya karena mencintai sepak bola," kata Kantawong.
Selain mencintai tim sepak bolanya, Ake juga sangat sayang kepada siswa-siswanya. Kemana pun dia pergi, dia selalu mengajak beberapa di antara mereka. Orang tua mereka pun mempercayai Ake.
Para siswa pun mengidolakan Ake. Sebagian besar mengalami pengalaman serupa dengannya, dibesarkan dalam kemiskinan dan terpisah dari keluarga.
"Coach Ake adalah tipe orang yang mencintai semua anak-anak," kata Kae-hae Lahuna, 17, salah siswa tim sepak bola Wild Boars.
"Tiap selesai latihan, dia mengantar tiap anak-anak pulang, memastikan mereka semua selamat," tambah Lahuna seperti dilansir CNN.
Di Kuil Buddha, yang terletak di belakang rumah bibi Ake, di ujung perbatasan Thailand dan Myanmar, warga mendoakan keselamatan Ake. Doa mereka terkabul pada Selasa (10/7). Tak hanya Ake tapi seluruh remaja yang terjebak gua berhasil diselamatkan.
(nat)
ARTIKEL TERKAIT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pelatih Sepak Bola Remaja Thailand, Calon Biksu Idola Siswa"
Posting Komentar