loading...
Ultimatum itu disampaikan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo saat melakukan pertemuan dengan para diplomat dan pejabat tinggi negara-negara NATO di Brussels, Selasa.
Dalam pertemuan itu, Jerman menekan Menlu Pompeo untuk melakukan diplomasi terakhir sebelum Washington menarik diri keluar dari Perjanjian INF 1987. Keluarnya AS dari traktat itu dikhawatirkan akan memicu perlombaan senjata baru di Eropa.
"Rusia memiliki kesempatan terakhir untuk menunjukkan dengan cara yang dapat diverifikasi bahwa mereka mematuhi perjanjian...tetapi kami juga harus mulai mempersiapkan fakta bahwa perjanjian ini mungkin akan gagal," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan, seperti dikutip Reuters, Rabu (5/12/2018).
Para Menlu NATO setuju untuk secara resmi menyatakan Rusia melakukan "pelanggaran materi" Perjanjian INF dalam sebuah pernyataan untuk mendukung Amerika Serikat. Pernyataan bersama itu muncul setelah Pompeo memaparkan pelanggaran yang dilakukan Moskow tersebut di markas NATO di Brussels.
Jerman, Belanda dan Belgia prihatin tentang penyebaran rudal AS di Eropa seperti yang terjadi pada 1980-an, yang memicu demonstrasi besar anti-Amerika. Namun, mereka juga terjebak dalam persaingan senjata nuklir antara Moskow dan Washington.
Keluarnya AS dari Perjanjian INF akan menempatkan tekanan lain pada sekutu NATO yang sudah terguncang oleh tuntutan Trump untuk pembelanjaan pertahanan yang lebih tinggi dan ketidakjelasan arah AS dalam masalah ini.
Stoltenberg mengatakan akan ada dorongan diplomatik yang kuat untuk mencoba meyakinkan Rusia agar "menyerah" pada tuduhan Pompeo tentang beberapa batalion rudal SSC-8. Para diplomat NATO mengatakan Washington akan mulai menarik diri dari Perjanjian INF Februari mendatang.
"Jaraknya membuatnya menjadi ancaman langsung terhadap Eropa," kata Pompeo tentang rudal SSC-8, yang juga disebut sebagai Novator 9M729. "Tindakan Rusia sangat merusak keamanan nasional Amerika dan sekutu kita," ujarnya.
Para ahli militer menyatakan sulit untuk mendeteksi dan menembak rudal Rusia yang sangat berbahaya dari peluncur anti-rudal. Sebab, sulitnya mendeteksi senjata Moskow itu akan memangkas waktu peringatan bagi sistem pertahanan udara NATO untuk menembak jatuh rudal tersebut.
Pompeo mengatakan pemerintah AS telah mengangkat masalah itu setidaknya 30 kali sejak 2013 dengan Moskow, tetapi telah penolakan dan tindakan balasan.
Dia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat memiliki bukti bahwa tes peluncuran rudal Moskow berasal dari satu situs di Rusia, pangkalan Kupustin Yar Soviet, dekat Volgograd, sebelah tenggara Moskow.
"Dalam fakta-fakta yang terang ini, Amerika Serikat menyatakan Rusia melakukan pelanggaran materi perjanjian dan akan menangguhkan kewajiban kami...efektif dalam 60 hari kecuali Rusia kembali ke kepatuhan penuh dan dapat diverifikasi," kata Pompeo.
Washington menyatakan AS akan merasa dipaksa untuk memulihkan keseimbangan militer di Eropa setelah periode 60 hari, tetapi Pompeo menolak untuk menjelaskannya secara rinci dari apa yang akan dilakukan AS. Dia mengatakan, hanya tes dan penyebaran rudal baru yang ditahan hingga pada waktu yang ditentukan tersebut.
Lebih lanjut, Pompeo menyinggung China, Iran, dan Korea Utara sebagai pihak yang bukan penandatangan Perjanjian INF. Menurutnya, AS menempatkan diri pada posisi yang tidak menguntungkan dengan tidak mengembangkan rudal jarak menengah sesuai perjanjian itu.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS Ultimatum Rusia 60 Hari Tunduk pada Perjanjian... - SINDOnews"
Posting Komentar