
Cerita Jokowi mengalir, kala salah seorang WNI asal Papua, Fransiscus bertanya motivasinya sering berkunjung ke Papua. "Bapak Presiden, apa yang menjadi motivasi Bapak sehingga begitu sering datang ke Papua?" tanya Fransiscus saat bertemu Jokowi pada Amopura Gathering di Museum Te Papa, Selandia Baru, seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (19/3).
Menjawab pertanyaan Fransiscus, Jokowi menyebut bahwa Indonesia bagian timur sudah terlalu lama dilupakan dan kurang diperhatikan. Hal itu yang membuatnya tak ragu kerap mengunjungi Papua, kendati membutuhkan waktu tempuh lebih dari enam jam.
"Satu setengah bulan setelah dilantik, saya langsung terbang ke Papua. Sampai saat ini sudah tujuh kali saya datang ke Papua dan merupakan provinsi paling sering saya kunjungi. Ini wilayah NKRI yang harus diperhatikan," ungkap Jokowi.
Jokowi juga berbagi cerita dan pengalamannya ketika kunjungan kerja ke salah satu daerah tertinggal di Papua, yakni Kabupaten Nduga. Ia mengaku sempat disarankan Panglima TNI tak berkunjung ke sana karena termasuk dalam daerah rawan. Normalnya, butuh empat hari empat malam dari Wamena ke Nduga melewati hutan.
"Di Kabupaten Nduga itu aspal satu meter saja tidak ada. Inilah yang membuat saya sedih sekali. Inilah motivasi saya, agar infrastruktur dan SDM sama dengan provinsi-provinsi lainnya," ujar mantan Wali Kota Solo ini.
Saat ini, menurut Jokowi, pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia, termasuk di Papua, menjadi fokus pemerintah. Pemerintah, menurut dia, kini tengah fokus membangun jalan, jembatan, bandara, dan pelabuhan di Papua agar daerah-daerah yang semula terisolasi menjadi terbuka. Dengan demikian, distribusi bahan pokok lebih mudah dan harga pun bisa turun.
Selain itu, Jokowi juga menggalakkan kebijakan satu harga Bahan Bakar Minya (BBM) di Papua sehingga masyarakatnya bisa menikmati sama seperti yang dirasakan masyarakat di Pulau Jawa dan Sumatera.
Mulai tahun ini, Ia juga mengklaim, pemerintah tengah menggiatkan revitalisasi Kampung Asmat akibat wabah penyakit Campak dan kurang gizi beberapa waktu lalu. Pemerintah dalam beberapa tahun ke depan akan membuka akses pendidikan, kesehatan, air bersih, serta pertanian sehingga masyarakat Asmat mendapat hidup lebih baik.
Dalam kunjungannya ke Selandia Baru tersebut, Jokowi juga mendengarkan kisah-kisah para mahasiswa asal Indonesia yang kini tinggal di Selandia Baru. Dari 29 pelajar dan mahasiswa yang hadir, 15 di antaranya berasal dari Papua.
Solusi Diaspora
Selain berdialog dengan Mahasiswa, Jokowi juga berdialog WNI lainnya yang tinggal di negara tersebut.
Reza Abdul Jabar, petani sukses yang kini memiliki 800 hektare lahan pertanian di provinsi terbesar di Selandia Baru, dan sekitar 2.000 ekor sapi ini menyoroti isu diaspora.
Kepada Jokowi, ia meminta agar pemerintah mempermudah mereka, terutama generasi kedua dan ketiga dalam mempertahankan status WNI.
"Kami sedikit cemas. Padahal di sini banyak yang mahir dan sangat sayang apabila mereka terganjal kembali ke tanah lahirnya atau tanah ayah ibunya. Jadi kami mohonkan solusi dan fasilitasi untuk masalah ini," kata Reza.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang turut mendampingi Presiden mengatakan diaspora merupakan isu yang sedang didalami dan dikaji bersama, termasuk di antaranya, kemungkinan dwikewarganegaraan.
"Keputusan ini bukan keputusan mudah, perlu satu konsensus nasional sehingga semua pihak harus ditanya. Tapi paling tidak nanti Pak Dubes sosialisasi kartu diaspora Indonesia, tujuan pemerintah adalah memfasilitasi WNI yang tinggal di luar negeri," tutur Menlu. (agi)
Baca dong https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180320010835-20-284324/cerita-jokowi-soal-pembangunan-papua-ke-wni-di-selandia-baruBagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Jokowi soal Pembangunan Papua ke WNI di Selandia Baru"
Posting Komentar