KOMPAS.com - Pada 30 Maret 1867, AS membeli Alaska, wilayah seluas 1,5 juta kilometer persegi dari Rusia, dengan harga 7,2 juta dolar AS atau hanya Rp 99 miliar.
Sebenarnya sudah beberapa kali Rusia menawarkan Alaska kepada Amerika Serikat tetapi pecahnya Perang Saudara pada 1861 menghentikan pembahasan.
Pada Desember 1866, setahun setelang Perang Saudara usai, Baron Eduard de Stoeck I, menteri urusan Amerika mendapat perintah dari Tsar Alexander I untuk kembali membicarakan penjualan Alaska.
Alasan penjualan Alaska karena Rusia merasa biaya untuk mengurus wilayah itu terlampau mahal. Apalagi Rusia tengah mengalami masalah utang akibat Perang Crimea (1853-1856).
Baca juga : Warga Alaska Diminta Bersiap Hadapi Serangan Nuklir Korut
Meski hubungan Rusia dengan warga penduduk asli Kepulauan Aleut relatif baik, tetapi tidak demikian dengan suku Tlingit.
Suku Tlingit adalah bagian dari bangsa asli Amerika yang tingga di berbagai pulau dan pesisir di wilayah selatan Alaska.
Suku ini menolak kehadiran bangsa Rusia dan beberapa kali melakukan perlawanan sporadis terhadap Rusia.
Alasan lain penjualan Alaska adalah para politisi Rusia lebih memilih Asia untuk sasaran ekspansi dan menilai pada suatu hari penguasaan Alaska oleh AS tak akan terhindarkan.
Baron Stoekcl kemudian mendekati William Henry Seward, sekretaris dua presiden AS, Abraham Lincoln dan Andrew Johnson, lewat perantaraan Thurlow Weed, politisi sekaligus jurnalis.
Seward didekati bukan hanya karena jabatannya tetapi sebagai pendukung politik ekspansionis AS, dia sudah lama menginginkan Alaska sebagai bagian negara itu.
Baca juga : Bicara Terbuka, Gubernur Alaska Mengaku Khawatir dengan Ancaman Korut
Stoeckl dan Seward kemudian memulai pembicaraan pada 11 Maret 1867. Meski demikian Stoeckl tetap menyembunyikan keinginannya dan baru mengungkapkan rencana penjualan saat Seward menunjukkan minatnya.
Pada 29 Maret 1867, Stoeckl dan Seward menyelesaikan rancangan kesepakatan penyerahan Alaska (Amerika Utara Rusia) kepada Amerika Serikat dengan harga 7,2 juta dolar AS.
Namun, sejumlah surat kabar berpengaruh, seperti New York Tribune, mengkritik keras keputusan pembelian Alaska itu.
Sementara itu, warga AS terbelah. Sebagian mendukung karena dianggap menjadi langkah awal untuk aneksasi Kanada.
Kesepakatan pembelian ini diajukan ke Senat untuk disahkan pada 30 Maret 1867. Saat itu, Senator Charles Summer, salah satu penentang pembelian Alaska, berpidato selama lebih dari tiga jam.
Baca juga : Jet Tempur AS Cegat Bomber Rusia di Pesisir Alaska
Meski mendapat tentangan, kesepakatan itu akhirnya disetujui Senat pada 9 April 1867. Dan pada 18 Oktober 1867, bendera Amerika Serika berkibar di kota Sitka.
Namun para penentang pembelian Alaska belum menyerah dan bahkan mencoba usaha untuk memakzulkan Presiden Andrw Johnson, meski berakhir dengan kegagalan.
Kelompok anti-Alaska juga memulai propaganda soal dugaan adanya suap untuk Baron Stoekcl. Namun, usaha ini juga bisa digagalkan dengan voting di Senat dan Parlemen.
Alhasil, hingga Juni 1877, Alaska berada di bawah kendali angkatan darat sebelum diambil alih sebentar oleh kementerian keuangan dan beberapa satuan militer AS.
Sementara itu, warga Rusia yang tinggal di Alaska berstatus sebagai penduduk tidak tetap dan kembali ke negara mereka menyusul pembelian wilayah tersebut.
Mereka yang masih tersisa di Alaska diberi pilihan untuk mendapatkan status warga negara AS dalam tiga tahun, tetapi sebagian besar dari mereka memilih pulang ke Rusia.
Pada Mei 1884 sebuah pemerintahan sipil dibentuk setelah Alaska berstatus distrik dan pada 3 Januari 1959 Alaska resmi menjadi negara bagian ke-49 Amerika Serikat.
Baca juga : Warga Kota di Alaska Ini Tak Akan Melihat Matahari hingga Januari
Baca dong https://internasional.kompas.com/read/2018/03/30/12300011/hari-ini-dalam-sejarah--as-resmi-beli-alaska-dari-rusia?page=all
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hari Ini dalam Sejarah: AS Resmi Beli Alaska dari Rusia"
Posting Komentar