Ketika penasihat keamanan nasional Korea Selatan berdiri di halaman depan Gedung Putih dan menyampaikan kabar, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump akan bertemu pada bulan Mei, sepotong sejarah sedang dibuat. Tapi menurut pakar soal Korea, Ankit Panda, momen dan pernyataan istimewa itu menunjukkan bahwa yang terjadi mungkin tidak seperti yang terlihat.
Ada sesuatu yang sangat aneh tentang 'optik' pengumuman ini. Tiga pejabat Korea Selatan - Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong, kepala dinas rahasia Suh Hoon, dan duta besar untuk AS Cho Yoon-je - berdiri berjajar dan berbicara kepada wartawan yang berkumpul dengan penuh semangat di luar West Wing.
Tanpa ada pejabat Amerika yang hadir, seluruh inisiatif diplomatik ini sepenuhnya berada di tangan Korea Selatan.
Bisa saja ada yang menganggap bahwa Amerika Serikat sama sekali tidak antusias dengan usaha ini.
Sebelumnya selama seminggu yang bersejarah, pemberitaan di semenanjung Korea menunjukkan bahwa diplomasi ulang-alik sudah berlangsung kembali secara besar-besaran, dengan pihak Korea Selatan di kursi pengemudi.
Setelah pertemuan, Chung menyampaikan sebuah pernyataan lain, di luar West Wing Gedung Putih, di tepi jalan dengan sekelompok wartawna yang peniuh semangat. Kali ini dia mengumumkan - atas nama Donald Trump - bahwa presiden AS akan menerima undangan untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Dalam rentang waktu hanya tiga hari, para diplomat Korea Selatan telah berbicara atas nama Kim Jong-un dan Donald Trump di kedua tepi duni
Dua orang Korea Selatan di halaman Gedung Putih, Chung dan Suh, baru saja diterima langsung oleh Kim Jong-un pemimpin Korea Utara yang tertutup itu, sebelum langsung bertolak menuju AS di mana mereka bertemu Presiden Trump secara singkat.
Jadi apa yang sesungguhnya dikatakan pernyataan itu?
Inilah yang dibacakan Chung untuk wartawan:
1. "Hari ini saya mendapat kehormatan untuk membri pengarahan kepada Presiden Trump, mengenai kunjungan saya yang baru-baru ini ke Korea Utara. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump, wakil presiden dan tim keamanan nasional yang hebat termasuk sahabat saya Jenderal McMaster."
Chung akan bertemu dengan Jenderal HR McMaster pada hari Jumat untuk menyusun arah ke depan. Perlu dicatat bahwa penasihat keamanan nasional AS memilih untuk tidak menemani sejawatnya itu, menciptakan pemandangan kikuk tentang para pejabat Korea Selatan yang melakukan sendiri pengaturan KTT AS-Korea Utara.
2. "Saya menjelaskan kepada Presiden Trump bahwa kepemimpinannya dan kebijakan tekanan maksimum (kepada Korea Utara) bersama dengan solidaritas internasional membawa kita pada titik ini. Saya mengucapkan terima kasih dari Presiden (Korea Selatan) Moon Jae-in kepada kepemimpinan Presiden Trump."
Orang Korea Selatan menyadari bahwa Trump merespons dengan baik terhadap sanjungan. Seoul harus mengakui kebijakan "tekanan maksimum" AS, yang telah memberikan setidaknya beberapa hasil. Kim Jong-un mengakui dampak buruk sanksi saat menyampaikan pidato Tahun Baru - pidato di mana ia menyampikan ranting zaitun Olimpiade Musim Dingin kepada Korea Selatan.
3. "Saya mengatakan kepada Presiden Trump bahwa dalam pertemuan dengan kami pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bahwa dia berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi. Kim berjanji bahwa Korea Utara akan menahan diri dari uji coba nuklir atau rudal lanjutan"
Ini adalah pengulangan dari apa yang telah diumumkan Chung di Seoul saat kembali dari Pyongyang. Chung, bagaimanapun, tidak mengulangi persyaratan dari Kim untuk tawaran denuklirisasi, yakni jaminan atas keamanan rezimnya. Korea Utara juga telah lama menyerukan diakhirinya "kebijakan permusuhan Amerika Serikat" terhadap mereka, yang kemungkinan termasuk hengkangnya tentara AS dari Korea Selatan.
4. "Dia memahami bahwa latihan militer gabungan yang rutin antara Republik Korea dan Amerika Serikat harus dilanjutkan dan dia menyatakan iatnya untuk bertemu Presiden Trump sesegera mungkin."
Ini jaminan penting dalam konteks aliansi AS-Korea Selatan, namun ini pernyataan yang sangat tidak biasa dari seorang pemimpin Korea Utara. Perilaku Pyongyang sesudah menunda latihan -yang membuat marah Korea Utara- mulai tanggal 31 Maret nanti akan jauh lebih banyak menggambarkan perasaan Korea Utara yang sebenarnya tentang latihan tersebut. Tahun lalu, Korea Utara melakukan sejumlah peluncuran rudal balistik selama latihan gabungan AS-Korea Selatan.
5. "Presiden Trump menghargai masukan tersebut dan mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan Kim Jong-un pada bulan Mei untuk mewujudkan denuklirisasi permanen."
Di sinilah sorotan utama difokuskan dan ini merupakan bagian besar dari informasi baru yang substansial dalam pengumuman Chung di Washington itu. Lokasi dan agenda pertemuan dibiarkan ambigu - mungkin untuk disusun Amerika Serikat dan Korea Utara dalam beberapa minggu mendatang.
6. "Republik Korea, Amerika Serikat dan banyak mitra kami di seluruh dunia tetap bertekad dan berkomitmen sepenuhnya untuk melakukan denuklirisasi penuh semenanjung Korea. Bersama Presiden Trump, kami optimis melanjutkan proses diplomatik untuk menjajaki kemungkinan dicapainya sebuah resolusi damai
"Republik Korea, Amerika Serikat, dan para mitra kami berdiri bersama untuk menegaskan bahwa kami tidak akan mengulangi kesalahan masa lalu, dan bahwa tekanan (sanksi) akan terus berlanjut sampai ucapan Korea Utara sesuai dengan tindakan nyata mereka. Terima kasih."
Pernyataan Mr Chung diakhiri dengan ungkapan-ungkapan yang optimis, namun tampaknya tidak mencakup penegasan tentang aliansi apapun dengan Amerika Serikat secara langsung. AS dikelompokkan dalam 'mitra.' Anehnya, dia mengacu pada "kata-kata", kendati semua ucapan Korea Utara mengenai terobosan diplomatik itu disampaikan melalui Korea Selatan.
Pengumuman ini tidak diragukan lagi sangat penting artinya, dan pertemuan puncak Trump-Kim akan dicatat dalam buku-buku sejarah, tapi tidaklah jelas apakah Korea Utara telah berkomitmen pada apa yang telah diyakinkan oleh Korea Selatan terhadap Amerika Serikat, atau apakah Washington siap untuk suatu proses diplomasi yang produktif dengan Pyongyang.
Ankit Panda adalah ahli Korea Utara dan editor di The Diplomat.
Baca dong http://www.bbc.com/indonesia/dunia-43341578Bagikan Berita Ini
0 Response to "Apa yang ganjil dari pengumuman rencana pertemuan Trump-Kim"
Posting Komentar