
TOKYO—Angka bunuh diri di Jepang masih tinggi. Yang menyedihkan, korbannya makin muda. Kementerian Pendidikan melaporkan, tahun ini jumlah remaja yang bunuh diri mencatatkan rekor tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Terlalu mencemaskan masa depan menjadi penyebab utama bunuh diri remaja Jepang.
’’Tingginya angka bunuh diri siswa menjadi masalah yang sangat mengkhawatirkan dan harus segera diatasi,’’ tegas Noriaki Kitazaki, pejabat Kementerian Pendidikan Jepang, seperti dilansir Jawa Pos dari Reuters kemarin (5/11).
Sampai akhir Maret lalu, ada 250 remaja yang mengakhiri hidupnya dengan tragis. Seluruhnya berumur di bawah 18 tahun.
Di Jepang, menurut Kitazaki, sebagian besar siswa justru tertekan menjelang lulus SMA. Rata-rata mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi persaingannya sangat ketat. Masuk dunia kerja jauh lebih sulit lagi. Bayangan-bayangan dan kecemasan-kecemasan itu membuat mereka putus asa. Mereka lantas menjadikan bunuh diri sebagai jalan keluar.
Meski masa depan menjadi penyebab utama kasus bunuh diri remaja, ada banyak faktor lain yang juga memicu mereka mengambil jalan pintas. Di antara 250 kasus bunuh diri, penyebab 140 kasus tidak diketahui. Itulah yang kini menjadi tugas berat pemerintah.
Direktur Japan Support Center for Suicide Countermeasures (JSSC) Yutaka Motohashi menyatakan, mengungkap penyebab bunuh diri remaja –termasuk anak-anak– sulit. Tidak seperti orang dewasa yang penyebabnya lebih terpola. Misalnya, ekonomi atau cinta. ’’Biasanya, mereka (anak-anak dan remaja) tidak meninggalkan pesan,’’ terangnya sebagaimana dilansir Japan Today.
Karena itu, menurut Motohashi, mencegah bunuh diri anak dan remaja sangat sulit. Yang bisa dilakukan adalah membangun sistem yang baik untuk mendeteksi anak-anak dan remaja dengan risiko bunuh diri tinggi. Salah satu caranya adalah memaksimalkan kinerja Internet Hotline Center.
Selama semester I 2018, organisasi itu menerima 1.329 laporan tentang unggahan berbau bunuh diri di dunia maya. Unggahan-unggahan tersebut berisi stimulan agar mereka yang putus asa melanjutkan niatnya untuk bunuh diri. Sejauh ini 840 unggahan dihapus.
Jika dihitung secara keseluruhan, dalam semua kelompok umur, sejatinya angka bunuh diri di Negeri Sakura menurun. National Police Agency melaporkan, pada 2003 ada 34.427 kasus bunuh diri. Nah, pada 2017 terjadi penurunan hingga menjadi 21.321 kasus. (jpg)
Baca dong https://manadopostonline.com/read/2018/11/06/Siswa-di-Jepang-Rentan-Bunuh-Diri/48526Bagikan Berita Ini
0 Response to "Siswa di Jepang Rentan Bunuh Diri"
Posting Komentar