Ancaman itu, tutur Beevi banyak ia dapat dari media sosial. Sejumlah media lokal menyebut sejumlah organisasi Muslim di negara itu juga turut mengancam perempuan 34 tahun itu.
“Ini adalah bentuk ekstremis yang tidak dapat ditoleransi dalam segala bentuk reformasi. Saya mendapat ancaman dari media sosial tapi saya tidak takut,” kata Beevi kepada The Guardian, Rabu (31/1).
Selain menjadi imam, Beevi juga menjadi khotib yang menyampaikan khotbah bertema keadilan dan kesetaraan gender usai memimpin salat di salah satu komunitas Muslim yang dikenal sebagai Quran Sunnat Society di desa Wandoor Cherukod, Malappuram, pada Jumat pekan lalu.
“Saya percaya bahwa kitab suci Al Quran mengajarkan kesetaraan gender. Seluruh diskriminasi terhadap kaum wanita adalah buatan manusia yang dipaksakan oleh laki-laki dan saya ingin mengubahnya,” ucap Beevi.
Dalam ajaran Islam tidak masalah jika seorang wanita memimpin salat yakni dengan kondisi seluruh makmum atau jemaahnya adalah perempuan. Namun, Islam mengajarkan pria lah yang harus memimpin solat ketika makmumnya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Namun, Beevi mengatakan dirinya yakin Al Quran tidak berisi perintah yang hanya mengatakan bahwa laki-laki lah yang bisa memimpin solat.
“Sekarang waktunya merubah segala [bentuk diskriminasi gender] itu,” kata Beevi.
Pandangannya itu memicu reaksi amarah dari masyarakat terutama pemeluk Islam garis keras di negara itu. Sekretaris Jamaat-e-Islami Hind yang mengelola sekitar 500 Masjid di Kerala, Abdul Rahman, mengatakan bahwa tindakan Beevi adalah sebuah drama dan gimmick untuk mendapat popularitas demi mengalihkan kaum Muslim dari isu dan masalah nyata.
“Sesuai tradisi, pria memimpin salat karena wanita sibuk mengurusi rumah tangga dan memiliki keterbatasan. Pembagian tugas antara pria dan wanita ini bukan lah diskriminasi, ini adalah pernyataan tentang apa yang paling sesuai untuk pria dan apa yang sesuai untuk wanita,” kata Rahman.
Di satu sisi, tindakan Beevi sedikit memperlihatkan gerakan wanita Muslim di India belakangan ini yang menuntut reformasi praktik kuno agama yang dianggap diskriminatif.Salah satunya yang ditentang adalah perihal pernyataan “talak tiga” suami untuk menceraikan istri. Dalam agama Islam, suami dianggap bisa menceraikan istri segera dengan hanya mengatakan ingin bercerai sebanyak tiga kali.
Kampanye melarang talak digaungkan kelompok pemerhati HAM perempuan Bharatiya Muslim Mahila Andolan (BMMA) yang kemudian didukung keputusan Pengadilan tertinggi India pada Agustus 2017 lalu. (nat)
Baca dong https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180131165438-113-272963/jadi-imam-salat-jumat-wanita-india-banjir-ancaman-pembunuhanBagikan Berita Ini
0 Response to "Jadi Imam Salat Jumat, Wanita India Banjir Ancaman Pembunuhan"
Posting Komentar