Meski beberapa hari sebelumnya terjadi aksi protes dan mogok kerja, demonstrasi berkurang pada Selasa.
Ali Paphi, seorang pekerja konstruksi menggambarkan buruknya situasi ekonomi Iran. "Saya merasa kehidupan saya dihancurkan. Situasi ekonomi seperti ini tampaknya kelas buruh harus mati," kata Paphi.
"Sanksi-sanksi telah memperburuk kehidupan rakyat. Saya tidak bisa membeli makanan, bayar sewa rumah. Tidak ada yang peduli pada buruh," kata dia.
Sebagian besar dampak ekonomi telah dirasakan beberapa pekan sebelum sanksi ekonomi resmi diumumkan Trump. Sikap agresif Presiden Amerika Serikat tersebut menyebabkan investor ketakutan dan mengguncang mata uang riyal.
Hal itu menambah sejumlah masalah lain yang telah ada. Seperti korupsi yang telah berurat berakar, sistem perbankan yang kisruh dan pengangguran yang marak.
Yasaman, 31, fotografer di Teheran mengatakan harga-harga telah naik selama tiga sampai empat bulan terakhir. "Semuanya menjadi sangat mahal, bahkan sebelum sanksi itu berlaku," kata Yasaman.
Seperti banyak warga Ibu Kota Teheran lainnya, dia percaya bahwa para pemimpin Iran akan dipaksa untuk kembali ke meja perundingan, seperti keinginan Trump.
"Aku berharap itu terjadi suatu hari nanti, kebanyakan orang percaya bahwa politisi akan 'minum cangkir racun' pada akhirnya," kata Yasaman kepada AFP.
Sebagian besar penduduk Iran telah merasakan permusuhan dari AS selama empat dekade. Sehingga kemarahan mereka sebenarnya diarahkan oleh pemimpin mereka sendiri.
"Harga-harga naik lagi, tapi alasannya karena pemerintah korupsi, bukan sanksi AS," kata Ali, 35 tahun seorang dekorator.
Seperti kebanyakan orang, dia melihat Presiden Hassan Rouhani tidak berdaya untuk memperbaiki keadaan.
"Dia tidak bisa menyelesaikan masalah. Telah terlihat beberapa kali bahwa dia bukan pengambil keputusan di negeri ini. Masalah kami adalah para wakil rakyat dan sistem," tambah dia.
Penduduk Iran yang kaya dan berpendidikan juga kehilangan harapan, tapi mereka mempunyai pilihan untuk pergi. Meski terasa berat.
Sogand, remaja keturunan Iran-Amerika, memutuskan tinggal di Iran untuk pertama kalinya pada lima lalu. Dia menikmati ketegangan internasional terkait kesepakatan nuklir Iran.
"Saya malu meninggalkan teman-teman saya di masa krisis ekonomi ini. Saya merasa bersalah memiliki sumber-sumber untuk pergi secepatnya di depan teman-teman saya," kata dia seperti dilaporkan AFP.
Dia menggambarkan tidak ada harapan bagi Iran di tengah ketidakstabilan ekonomi dan prospek keuangan seperti sekarang di tengah sanksi ekonomi dari Amerika Serikat.
(cin/nat)
Baca dong https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180808165316-120-320609/ekonomi-buruk-warga-iran-salahkan-pemerintah-bukan-sanksi-asBagikan Berita Ini
0 Response to "Ekonomi Buruk Warga Iran Salahkan Pemerintah, Bukan Sanksi AS"
Posting Komentar