[MUNICH] Iran membantah tuduhan yang disampaikan oleh Arab Saudi dan Israel bahwa negara itu mendestabilisasi Timur Tengah, serta menyebut dua klien Amerika Serikat (AS) itu berusaha mengabaikan pilihan buruk dan “blunder” strategis mereka.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammed Javad Zarif, dalam pidatonya, Minggu (18/2), di Konferensi Keamanan di Munich, Jerman, menyatakan kritik atas kebijakan negaranya di Timur Tengah telah menjadi “obsesif” dan membantah adanya upaya menjadi sebuah hegemoni.
Di forum yang sama, Menlu Arab Saudi Adel Al Jubeir bersama Perdana Menteri Irael Benjamin Netanyahu menyalahkan Iran karena meningkatkan ketegangan kawasan. Jubeir menyerukan perubahan mendasar dalam rezim Iran setelah Netanyahu melabeli negara itu sebagai ancaman terbesar di dunia dan menyalahkannya karena mencoba memaksakan sebuah kerajaan di Timur Tengah.
“AS dan klien-klien lokalnya di kawasan menderita karena konsekuensi atas pilihan-pilihan salah mereka. Tapi mereka menggunakan ini dan forum-forumlainnya untuk menghidupkan kembali histeria atas kebijakan luar negeri Iran dan mencoba mengaburkan kenyataannya,” kata Zarif.
Zarif menyebut pilihan buruk kedua sekutu AS itu termasuk memberi dukungan kepada AS untuk mantan pemimpin Irak Saddam Hussein tahun 1980-an, invansi AS ke Irak untuk menyingkirkan Hussein pada 2003, dan okupasi Israel atas Palestina, serta pengeboman Saudi di Yaman.
Perang kata-kata mencuat setelah konfrontasi paling serius antara Israel dan Iran dalam beberapa tahun terakhir, ketika Israel meluncurkan serangan berskala besar terhadap target-target Iran di dalam Suriah, 10 Februari lalu. Ini terjadi pasca Israel menuding Iran mengirimkan sebuah drone ke dalam ruang udaranya dari Suriah.
Israel khawatir Iran bisa menggunakan wilayah Suriah untuk melakukan serangan atau mengirimkan senjata ke kelompok Syiah Lebanon, Hezbollah. Iran mulai mengintervensi perang sipil Suriah dalam mendukung Presiden Bashar al-Assad pada 2015.
Keterlibatan Iran dalam perang panjang di Suriah dan Yaman juga memancing kemarahan saingan kawasannya, yakni Arab Saudi, yang juga bertempur melawan pemberontak yang didukung Iran di Yaman. Menurut Menlu Saudi, Jubeir, persoalan di Timur Tengah dimulai saat revolusi Iran pada 1979, sebagai upaya melepaskan sektarianisme di kawasan. Peristiwa 1979 menyebabkan berdirinya Hezbollah, disebut sebagai organisasi teroris paling bahaya di dunia.
“Kami tidak menyerang Iran. Iran adalah pihak yang menyerang kami. Iran telah mulai merusak Lebanon, Suriah, Irak, Bahrain, Yaman, Pakistan, Afghanistan, termasuk negara-negara di Afrika,” kata Jubeir.[Al Jazeera/Reuters/C-5]
Baca dong http://sp.beritasatu.com/home/iran-bantah-tuduhan-biang-ancaman-dunia/122864Bagikan Berita Ini
0 Response to "Iran Bantah Tuduhan Biang Ancaman Dunia"
Posting Komentar