Search

Serangan di Ghouta Timur Menghancurkan Keluarga

Jakarta, CNN Indonesia -- Tim penyelamat menggendong empat anak dari sebuah bangunan yang runtuh dihantam serangan di Ghouta Timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Rabu (21/2). Malangnya, ayah mereka dinyatakan tewas.

Kisah sedih itu berlangsung tiga hari sejak gempuran Kejadian ini berlangsung tiga hari setelah dimulainya pemboman besar-besaran di Ghouta Timur.

Mohammed Abu Anas, seorang tetangga, bergegas membantu penggalian. Saat menemukan seorang bocah yang terluka, dia langsung membopongnya dan berlari mencari bantuan medis.

"Ketakutan dan kesedihan melanda orang-orang disini, ada ratusan martir dan korban terluka," kata Anas.

Bocah laki-laki itu berhasil dia selamatkan dari reruntuhan meski terluka di bagian wajah. Kakak perempuan juga berhasil tertolong. dia dipanggul sang penolong. Jilbab putihnya penuh debu reruntuhan rumahnya. Dua saudaranya yang lain pun selamat.

Mereka kini yatim piatu. Keluarga Santiha telah hancur akibat pengeboman. Dua tahun silam, sang ibu terbunuh di kediaman mereka di Jobar, wilayah antara Ghouta Timur dan Damaskus.

Sang ayah, Majid Santiha tewas akibat serangan udara, Rabu itu. Paman mereka mendatangi pusat kesehatan dimana keempatnya dirawat dan bersedia mengasuh anak-anak yang kini yatim piatu itu.

Meski Presiden Suriah Bashar al-Assad beserta sekutunya Rusia menyatakan akan berusaha menghindari jatuhnya korban sipil. Namun nyatanya dalam upaya merebut kembali daerah Ghouta Timur dari kubu pemberontak telah merenggut setidaknya 300 jiwa sejak Minggu malam diakibatkan tembakan meriam, roket dan serangan udara.

Tempat Perlindungan di Bawah Tanah

Data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebutkan, hampir 400,000 orang terkepung di Ghouta Timur. Kehidupan mereka berada di bawah ancaman bom serta kesulitan mendapatkan makanan dan obat-obatan.

"Kami nyaris tidak makan sejak kemarin, saya makan makanan basi. Toko-toko kehabisan barang. Kami membeli dua kaleng kecil keju, dan tujuh roti bundar hari ini," kata Bilal Issa, 25 tahun. Makanan yang dia peroleh itu dibagi bersama ibu, istri dan tiga saudaranya.

Relawan mengangkat korban dari reruntuhan bangunan.Foto: (AFP/ ABDULMONAM EASSA)
Relawan mengangkat seorang anak dari reruntuhan bangunan.

Sejak roket berjatuhan di wilayah tempat tinggalnya, Issa dan warga sekitar mulai menggali bagian bawah rumah untuk berlindung.

Mereka mencabuti ubin demi menggali lubang dengan sekop, sedangkan pria dewasa membuang tanahnya dengan ember.

Serangan udara menimbulkan gumpalan asap yang menggantung di kawasan. Suara pesawat tempur meraung di di angkasa.

"Siapapun yang meninggalkan rumah atau keluar dari perlindungan ini bisa dianggap sudah mati," kata Issa seperti dilaporkan Reuters, Kamis (22/2).

Kematian tidak selalu segera menghampiri. Omran Madani menderita luka-luka setelah bom barel jatuh tepat diluar kediaman keluarganya di Desa Madira, Selasa (20/2).

Menurut, Abu Omran sang ayah, bocah laki-laki itu baru meninggal sehari setelahnya. Tubuh mungilnya terbalut kain kafan putih di atas kasur rumah sakit. Tangan ayahnya membelai wajah anak laki-laki yang sudah tak bergerak itu.

[Gambas:Video CNN]

"Semoga mereka merasakan penindasan dan kematian anak-anaknya, Semoga tuhan membalaskan dendam kami," kata Omar.

Presiden Bashar Al-Assad berulang kali membantah bahwa militernya menggunakan bom barel, senjata rakitan yang terbuat dari tong berisi bahan peledak serta bola-bola kecil maupun benda-benda tajam, yang dijatuhkan dari helikopter.

Aktivis Syrian Observatory for Human Rights menyatakan senjata itu digunakan oleh militer Suriah di seluruh wilayah negeri itu. Menurut aktivis yang berbasis di London tersebut, bom barel juga menjadi fitur ekskalasi ketegangan pekan ini.

(nat)

Let's block ads! (Why?)

Baca dong https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180223131044-120-278315/serangan-di-ghouta-timur-menghancurkan-keluarga

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Serangan di Ghouta Timur Menghancurkan Keluarga"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.