TEMPO.CO, Washington – Pemerintah Turki menjajaki untuk mengajukan permintaan resmi kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB untuk menggelar investigasi formal untuk mengungkap kasus pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.
Baca:
Kasus Jamal Khashoggi, Trump Sebut AS Mitra Kokoh Arab Saudi
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan ini seusai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, dengan salah satu agenda membahas informasi terbaru soal pembunuhan Khashoggi.
“Hingga saat ini, kami telah menerima tawaran kerja sama dari Arab Saudi tanpa ragu. Namun, melihat kerja sama itu sekarang, karena kami tidak bisa menemukan jawaban atas daftar pertanyaan yang ada, kerja sama ini tidak berada di level yang kami inginkan,” kata Cavusoglu seperti dilansir Reuters pada Rabu, 21 November 2018.
Baca:
Kasus Jamal Khashoggi, Menlu AS Pompeo Disebut Bantu Arab Saudi
Cavusoglu melanjutkan,”Jika ada kebuntuan di sini dan investigasi ini hanya sampai di sini atau tidak ada kerja sama penuh, maka kami dapat membuat permintaan yang dibutuhkan agar digelar sebuah investigasi internasional,” kata Cavusoglu, yang didampingi Pompeo.
Menurut media Anadolu, Cavusoglu telah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres untuk membahas kemungkinan ini dilakukan. Keduanya bertemu saat Cavusoglu bertandang ke Washington DC beberapa hari lalu.
Had a frank meeting with #US Secretary of State Mike Pompeo on sensitive issues like fight against PKK/YPG, #Turkey’s expectations regarding FETO and Khashoggi murder. @SecPompeo pic.twitter.com/BAgAq6qosr
— Mevlüt Çavuolu (@MevlutCavusoglu) November 20, 2018
Khashoggi, yang merupakan jurnalis Arab Saudi dan berdomisili di Virginia, AS, sejak setahun terakhir, tewas saat memasuki kantor Konsulat Jenderal Saudi di Istanbul Turki pada 2 Oktober 2018. Hingga kini, jasadnya tidak diketahui dan pemerintah Arab Saudi mengaku tidak tahu soal ini.
Baca:
Rekaman Suara Jamal Khashoggi: 'Lepaskan Tangan Saya'
Otoritas Saudi telah menetapkan 21 orang tersangka atas pembunuhan yang dirancang oleh Deputi Kepala Direktorat Intelijen Umum Arab Saudi, Mayor Jenderal Ahmed Al Assiri, yang telah diberhentikan pasca terungkapnya plot jahat ini ke publik.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan perintah pembunuhan itu datang dari level tertinggi di pemerintahan Saudi meski tidak menuding langsung Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman terlibat dalam kasus ini.
Uniknya, dukungan kuat untuk Arab Saudi justru datang dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan kedua negara bermitra kokoh dalam pernyataan terkait kasus ini. Trump menyebut nilai jumbo investasi Arab Saudi di AS yaitu sekitar US$450 milia atau sekitar Rp6.600 triliun. Sekitar US$110 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun merupakan pembelian berbagai jenis senjata canggih.
Baca:
Rekaman Audio Jamal Khashoggi: 'Penghianat! Anda akan Dihukum'
“Bisa jadi Putra Mahkota tahu mengenai peristiwa tragis ini – mungkin dia tahu dan mungkin dia tidak tahu,” kata Trump dalam pernyataan tertulis yang disampaikan Gedung Putih seperti dilansir Reuters pada 21 November 2018.
Trump memulai pernyataan tertulisnya terkait pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, seperti dilansir CNN, dengan kalimat singkat “Amerika yang Pertama”. Ini dilanjutkan dengan pernyataan “Dunia merupakan tempat yang berbahaya”.
Baca dong https://dunia.tempo.co/read/1148544/kasus-jamal-khashoggi-menlu-turki-temui-menlu-as-dan-sekjen-pbbBagikan Berita Ini
0 Response to "Kasus Jamal Khashoggi, Menlu Turki Temui Menlu AS dan Sekjen PBB"
Posting Komentar