Recep Tayyip Erdogan terbiasa memenangi pemilu--dia menjabat sebagai perdana menteri Turki untuk tiga periode sejak 2003, kemudian menjadi presiden pada 2014. Dia unggul tipis dalam referendum tahun lalu yang akan menghapus peran perdana menteri dan menciptakan kewenangan eksekutif pada presiden.
Namun, pemilu baru dibutuhkan untuk mengimplementasikan kekuasaan itu, dan jika Erdogan menang, Turki akan dipimpin oleh sosok yang semakin kuat.
Seberapa besar kemungkinan Erdogan menang? Cukup besar. Erdogan saat ini memimpin survei--tapi dalam dunia politik Turki, tak ada hal yang pasti.
Erdogan punya keunggulan jelas. Tindak keras pemerintah pada media usai upaya kudeta 2016 berarti Erdogan dan partai AKP mendominasi liputan, sementara para pengkritik dipenjara dan pejabat pro-pemerintah mengisi komisi pemilu.
Walau demikian, ada oposisi kuat dan sebagian besar survei mengindikasikan bahwa pemilu akan berlanjut pada putaran kedua. Para kandidat oposisi juga mendapatkan kekuatan media baru untuk menyampaikan pesan, dan para kandidat menunjukkan kualitas yang laik jadi alternatif.
Meski pertarungan bisa dikatakan tak imbang, pemungutan suara jarang kali dicurangi di Turki dan penipuan masih dalam taraf minimal. Analis Asli Aydintasbas, dikutip CNN, mengatakan "Turki bukan Rusia."
Lira menyentuh titik terendah sepanjang masa, inflasi meningkat dan pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir mulai melambat secara drastis.
Selain itu, ada pula masalah pemberontakan Kurdi. Tentara Turki selama ini memerangi separatis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dicap sebagai kelompok teroris.
Partai AKP yang menaungi Erdogan telah menepis kemungkinan memulai kembali proses damai yang runtuh pada 2015 lalu. Sementara itu, militer Turki terus meningkatkan serangan ke pusat pertahanan PKK di Irak jelang pemilu.
Di saat yang sama, populasi Kurdi Turki, terutama di tenggara negara tersebut, adalah konstituen vital bagi Erdogan. Suaranya kerap terbelah antara AKP dan HDP yang pro-Kurdi.Hanya saja, aliansi AKP baru-baru ini dengan nasionalis MHP yang bersikap keras terhadap etnis tersebut kemungkinan membuat para pendukungnya berpaling.
Perang Suriah akan jadi perhatian pemilih dalam Pemilu Turki. (REUTERS/Rodi Said)
|
Keterlibatan Turki dalam perang Suriah, serta perang melawan PKK, telah menginspirasi banyak tindakan terorisme dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu jadi salah satu hal yang jadi perhatian para pemilih.
Dengan masalah-masalah tersebut, warga Turki dihadapkan pada beberapa alternatif pengganti Erdogan. Tak seperti pemilu sebelumnya, kini ada lebih banyak untuk dipilih dan sebagian besar menjanjikan untuk mempertahanan sistem parlementer Turki.Kandidat terkuat adalah Muharrem Ince dari CHP, partai oposisi utama. Dia menjanjikan peradilan lebih independen, lebih banyak kebebasan prinadi dan akhir dari pengeluaran berlebihan pemerintah.
Dia dikenal dengan pidatonya yang berapi-api dan sikap keras terhadap AKP, membawa karisma yang dalam beberapa tahun terakhir tak pernah ada di CHP. Kampanyenya kerap berwarna, di mana ia bernyanyi dan menari dengan irangan lagu tradisional, atau mengendarai sepeda untuk menyindir pengeluaran berlebih Erdogan.
Selain itu, ada pula Meral Aksener, politikus veteran yang sempat menjabat sebagai menteri dalam negeri di era 90-an. Sebagai nasionalis konservatif, Aksener mengancam mencuri pendukung Erdogan di sayap kanan.
Dia berpisah dari MHP setelah partai itu bergabung dengan koalisi Erdogan. Kini, dia mencalonkan diri sebagai kandidat partai IYI.Kampanyenya selama ini menyoroti kesalahan ekonomi pemerintahan AKP. Jika menang, dia akan jadi presiden pertama Turki, meski bukan satu-satunya kepala negara tersebut--Tansu Ciller terpilih sebagai perdana menteri pada 1993 lalu.
Muharrem Ince dinilai jadi pesaing terkuat Erdogan. (REUTERS/Huseyin Aldemir)
|
Dia dituding mendukung PKK. Anggota parlemen dari partai Demirtas juga dipenjara atau dipecat karena dituding terkait terorisme.
Demirtas menjanjikan peningkatan kualitas dan diversitas, dan satu-satunya penampilan publiknya dilakukan lewat rekaman pidato selama 10 menit di stasiun TRT, yang secara teknis sah untuk dilakukan semua kandidat.Demirtas yang tampak lebih kurus meminta warga Turki bersatu menentang Erdogan, juga mengkritik presiden karena mengancam mengembalikan hukuman mati setelah kudeta.
Setelah pemilu, posisi perdana menteri akan dihapus dan semua kewenangannya diberikan kepada presiden, jabatan yang selama ini lebih bersifat seremonial.
Salah satu perubahan utama adalah kelak presiden bisa mengeluarkan dekrit atau menciptakan peraturan secara sepihak. Erdogan dalam dua tahun terakhir bisa mengeluarkan dekrit hanya karena pemerintahannya menetapkan status darurat usai upaya kudeta.
Dia mungkin tak bisa lagi melanjutkan status itu, jadi sistem baru akan memberikannya cara untuk mempertahankan kewenangan, seandainya ia terpilih.Pemerintah eksekutif Turki akan tampak seperti Amerika Serikat. Presiden, misalnya, mempunyai kewenangan untuk menunjuk langsung menteri kabinet, tanpa syarat keanggotaan parlementer.
Presiden juga bisa menunjuk sejumlah pejabat ke dewan mahkamah agung. Mereka berwenang untuk menunjuk hakim dan jaksa, sehingga kendali terhadap institusi itu bisa memberikan pengaruh besar pada pengadilan.
(aal)
Baca dong https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180624163523-134-308622/mencalang-peluang-erdogan-kembali-kuasai-turkiBagikan Berita Ini
0 Response to "Mencalang Peluang Erdogan Kembali Kuasai Turki"
Posting Komentar