Bagaimana tidak, hanya dengan duduk santai bersama Trump, Putin dianggap dapat langsung meraih seluruh kemenangan yang selama ini ia dambakan.
Salah satu piala paling penting yang diincar oleh Putin adalah penghentian secara simbolis upaya Barat mengisolasi Rusia akibat pencaplokan Crimea.
Selain itu, Putin juga membidik penghapusan dugaan intervensi pemilu AS pada 2016 lalu, salah satu tindakan yang disebut-sebut kerap dilakukan Rusia terhadap berbagai negara lain di seluruh penjuru dunia.
"Jika Trump berkata, 'Yang berlalu sudah berlalu karena dunia terus berputar,' itu adalah yang Moskow butuhkan dari pertemuan ini," ujar analis kebijakan luar negeri independen dari Rusia, Vladimir Frolov, kepada The New York Times.
Akibat dakwaan itu, AS terbelah karena Partai Demokrat semakin lantang menyuarakan penolakan mereka terhadap pertemuan antara Putin dan Trump.
Rakyat pun semakin membenci Trump yang dianggap enggan mempertahankan kedaulatan AS demi melindungi diri sendiri. Trump memang selalu menampik tudingan intervensi yang disebut-sebut dilakukan Rusia untuk membantu kemenangan sang presiden.
Di luar negeri, Trump tak henti mengkritik kepala negara-negara yang selama ini dikenal sebagai sekutu dekat AS.
Dalam lawatannya ke Inggris, Donald Trump mengkritik Theresa May atas pendekatannya terkait Brexit. (Reuters/Hannah McKay)
|
Trump bahkan mengecam NATO, musuh bebuyutan Rusia sejak era Uni Soviet. Ia mendesak negara NATO untuk segera memenuhi target bujet pertahanan dan mengeluh karena selama ini AS mengeluarkan biaya paling besar.
"Kita menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Sesuatu yang bahkan Uni Soviet saja tidak bisa mencapainya: memecah belah AS dan Eropa Barat," tutur Presiden Asosiasi Kerja Sama Euro-Atlantik, Tatyana Parkhalina.
Melanjutkan pernyataannya, ia berkata, "Sebelumnya, mereka tak pernah berhasil, tapi tampaknya mereka akan berhasil dengan Trump sekarang."
Kepala Biro CNN di Moskow, Nathan Hodge, pun menganggap pertemuan ini dapat memberikan angin segar bagi Putin yang mulai kehilangan kepercayaan rakyat, merujuk pada jajak pendapat dari Pusat Riset Opini Publik Rusia (VCIOM).
"Responden mengaku merasa lebih pesimistis atas sejumlah faktor, termasuk kemampuan finansial mereka, kepercayaan mereka terhadap perekonomian, dan dukungan mereka atas politik negara," tulis Hodge dalam kolom analisisnya di CNN.
Merujuk pada hasil riset VCIOM, faktor utama dari penurunan kepercayaan itu adalah keputusan pemerintah untuk meningkatkan harga bahan bakar dan menaikkan usia pensiun.
Merujuk pada jajak pendapat terbaru, tingkat kepercayaan publik terhadap Vladimir Putin menurun. (AFP Photo/Olga Maltseva)
|
Sementara itu, Trump yang juga sedang berupaya memompa tingkat kepercayaan publik AS justru diperkirakan tak akan mencapai targetnya.
Ahli hubungan Rusia-Amerika dari European University, Ivan Kurilla, melihat Trump ingin mengubah citra Rusia demi meredam kritik musuh politiknya atas campur tangan Moskow dalam pemilu yang pada akhirnya mencoreng kredibilitas sang presiden.
Menurut Kurilla, Trump ingin mengulang kembali sejarah ketika Presiden Ronald Reagan bertemu dengan Sekretaris Jenderal Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, pada 1980.
"Dia ingin membawa pulang pesan bahwa Rusia bukan musuh Amerika, bukan pula kekuatan iblis. Namun, ia salah perhitungan karena Putin tidak seperti Gorbachev," kata Kurilla kepada The New York Times. (has)
ARTIKEL TERKAIT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Duduk Santai dengan Trump, Kemenangan Putin dalam Genggam"
Posting Komentar