KOMPAS.com - Tsunami yang menghantam kota Palu Jumat (28/09/2018) lalu mempunyai dampak yang menghancurkan. Menurut para ilmuwan, ada banyak faktor yang membuat gelombang hari itu menjadi "monster".
Salah satunya adalah bentuk teluk yang panjang dan sempit.
Sebagai informasi, tsunami di Palu timbul akibat gempa bermagnitudo 7,4 di Donggala.
"Gelombangnya setidaknya memiliki tinggi dua hingga tiga meter, dan mungkin dua kali lipatnya," ungkap Jane Cunneen, peneliti dari Fakultas Sains dan Teknik Universitas Curtin di Bentley, Australia Barat dikutip dari AFP, Selasa (02/10/2018).
Padahal jika dilihat dari gempa yang terjadi, tsunami yang terjadi seharusnya tidak sebesar itu.
"Dalam sebagian besar kasus, tsunami dihasilkan oleh apa yang disebut gempa dorong, yang menciptakan perpindahan vertikal besar-besaran dari dasar laut," kata Baptiste Gombert, ahli tektonik di Universitas Oxford.
Namun, apa yang terjadi di Palu justru sebaliknya. Tsunami dihasilkan sesar mendatar, di mana potongan-potongan kerak bumi bergerak di atas atau bawh satu sama lain di sepanjang bidang horizontal.
"Sesar mendatar cenderung tidak menghasilkan tsunami, karena tidak mengangkat dasar laut terlalu banyak," kata Cunneen yang merupakan arsitek peringatan tsunami Samudra Hindia dalam bimbingan PBB.
Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, bagaimana gelombang mematikan tersebut terbentuk?
"Bentuk teluk pasti memainkan peran utama dalam memperkuat ukuran ombak (tsunami)," ujar Annne Socquet, ahli gempa di Institute of Earth Sciences in Grenoble.
"Teluk bertindak seperti corong tempat gelombang tsunami masuk," sambungnya.
Ketika bentuk teluk menyempit dan menjadi lebih dangkal, air terdorong dari bawah dan tertekan dari samping di waktu yang sama.
Artinya, gelombang itu memndapat kekuatannya dari bawah dan samping sekaligus. Inilah yang menyebabkan tsunami di Palu begitu merusak.
Baca juga: 5 Tsunami Paling Mematikan Abad Ini
Ukuran dan Lokasi Gempa
Gempa magnitudo 7,4 bukanlah gempa yang sering terjadi. Hanya sedikit gempa dengan kekuatan sebesar ini tercatat setiap tahunnya.
"(Gempa yang menghantam Palu) juga sangat dangkal, yang berarti perpindahan dasar laut yang lebih besar," kata Gombert.
Lebih buruk lagi, patahan tersebut berada di dekat pantai sehingga dalam waktu singkat gelombang tinggi menghambur.
Terakhir, yang membuat tsunami Palu berkekuatan lebih besar adalah longsir bawah laut.
"Gempa bumi mungkin menyebabkan tanah di bawah laut dekat mulut teluk atau bangkan di dalam teluk itu sendiri," kata Cunneen.
Hal ini menjelaskan mengapa ombak tersebut sangat besar di area Palu tapi jauh lebih kecil di daerah sekitarnya.
"Peristiwa seperti itu sangat sulit diprediksi dengan sistem peringatan tsunami kita saat ini, yang bergantung pada perkiraan cepat dari besaran gempa bumi dan lokasi," tegas Cunneen.
Baca dong https://sains.kompas.com/read/2018/10/02/180200223/ilmuwan--bentuk-teluk-membuat-tsunami-palu-makin-burukBagikan Berita Ini
0 Response to "Ilmuwan: Bentuk Teluk Membuat Tsunami Palu Makin Buruk"
Posting Komentar